Konsentrasi kritis misel adalah konsentrasi awal dimana molekul yang tunggal mengalami agregasi membentuk misel. Dalam larutan konsentrasi yang rendah, molekul - molekul dari surfaktan berada dalam keadaan random. Dengan meningkatnya konsentrasi larutan, molekul - molekul surfaktan saling menata diri membentuk suatu agregat (Trisunaryanti, 2018). Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai gugus hidrofil dan hidrofob yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan antarmuka larutan surfajtan dengan larutan kotoran sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Adapun contoh surfaktan dalam kehidupan sehari hari yaitu detergen, sabun pencuci piring, dan berbagai produk pembersih lainnya (Juni et al., 2013).
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik yang dapat berinteraksi dengan fase air. Disamping itu, surfaktan juga memiliki gugus hidrofobik yang dapat berinteraksi dengan fase minyak. Aktifitas tersebut menjadikan surfaktan mampu mempersatukan fase air dan minyak membentuk sistem emulsi. Pada saat surfaktan mengadsorpsi molekul suatu zat pada bagian antarmuka, surfaktan akan membentuk lapisan yang menjadikan dua zat menjadi saling berdekatan, padahal kedua zat tersebut awalnya tidak dapat menyatu (Estiasih et al., 2016).
Pada praktikum kali ini digunakan gelatin sebagai surfakan. Gelatin merupakan campuran antara peptida dengan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara alami terdapat pada tulang atau kulit binatang. Adapun gelatin yang digunakan pada percobaan ini merupakan gelatin bubuk yang kemudian di larutkan dengan akuades untuk memperoleh densitas dari gelatin tersebut. Fungsi dari penentuan densitas yaitu untuk dapat menentukan konsentrasi kritis misel.
Pada percobaan ini, digunakan berbagai variasi konsentrasi dari gelatin. Pada konsentrasi surfaktan yang sangat rendah, surfaktan terlarut sebagai molekul individu. Tetapi pada konsentrasi tertentu, molekul surfaktan menjadi lebih disukai untuk membentuk agregat yang disebut misel. Pada konsentrasi kritis misel, surfaktan mulai berasosiasi dengan misel untuk mencegah peningkatan lebih lanjut dari energi bebas. Asosiasi ini didorong oleh interaksi hidrofobik yang muncul dari kecenderungan molekul air untuk mengurangi kontak dengan rantai alkil surfaktan. Pembentukan misel adalah proses kerja sama yang spontan dan dapat dibalikkan (Muharja dan Darmayanti, 2019).Setelah didapatkan konsentrasi kritis misel dari berbagai variasi konsentrasi 2,10: 2,20: 2,22: 2,24: 2,26: 2,28: 2,30: 2,32: 2,34: dan 2,36 g/L pada suhu 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, dan 35 derajat celcius. Dapat ditentukan entalpi, entropi, serta energi bebas gibbs dari larutan gelatin. Berdasarkan hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa untuk proses spontan, perubaha entropi haruslah positif. Energi bebas gibbs membantu kita menentukan kespontanan reaksi dengan memfokuskan hanya pada sistem. Perubahan energi bebas gibbs untuk suatu proses terdiri atas dua suku: perubahan entalpi dan perubahan entropi dikalikan suhu. Pada suhu dan tekanan tetap, penurunan energi gibbs menandakan terjadinya reaksi spontan (Chang, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Estiasih, T., Harijono, E. Waziiroh dan K. Fibrianto. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Juni, E.W., Arnelli dan Sriatun. 2013. "Pemanfaatan Surfaktan Kationik Hasil Sublasi sebagai Molekul Pengarah pada Pembuatan Material Berpori dari Sekam Padi". Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vol. 15(1) : 24-28.
Muharja, M., dan R.F. Darmayanti. 2019. Produksi Biohidrogen dan Biobutanol dari Limbah Hasil Pertanian dan Perkebunan. Jember : UPT Penerbitan Universitas Jember.
Trisunaryanti, W. 2018. Material Katalis dan Karakternya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Komentar
Posting Komentar